Loading
Selasa, 13 Maret 2018, RSTN Boalemo mengadakan sebuah simulasi Code Blue. Dalam simulasi kali ini dilakukan saat apel pagi berlangsung, seorang staff RSTN menjadi seorang pasien yang mengalami serangan jantung dan jatuh pingsan. Staff RSTN yang sedang bertugas yang melihat adanya korban pingsan segera berteriak "Code Blue" dimana staff yang mendengarnya kembali meneruskannya dengan maksud Tim Respon Cepat Tanggap dapat mendengarkan panggilan tersebut dan bergegas menuju lokasi.
Sambil menunggu Tim Code Blue tiba di lokasi, Staff RSTN yang berada di lokasi kejadian segera melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support; yaitu melakukan CPR atau yang biasa disebut bantuan nafas buatan. Basic Life Support adalah salah satu tindakan yang bersifat wajib untuk dikuasai oleh setiap staff karyawan dan karyawati rumah sakit.
Begitu Tim Code Blue tiba, anggota tim code blue segera mengambil alih tindakan resusitasi yang sedang berjalan dan melanjutkan tahapan resusitasi jantung paru. Ketua Tim Code Blue sebagai pemimpin pelaksanaan Resusitasi Jantung Paru (RJP) menguraikan tahapan-tahapan penanganan pasien kepada anggota-anggotanya sebelum memutuskan tindak lanjut pasca resusitasi, yaitu: dimana jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan secepatnya ke Instalasi Perawatan Intensif untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut jika keluarga pasien setuju.
Code blue merupakan salah satu kode prosedur darurat yang harus segera diaktifkan jika ditemukan seseorang dalam kondisi cardiaerespiratory arrest di dalam area rumah sakit.
Code blue response team atau tim code blue adalah suatu tim yang dibentuk oleh rumah sakit yang bertugas merespon kondisi code blue didalam area rumah sakit. Tim ini terdiri dari dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam penanganan kondisi cardiac respiratory arrest.Resusitasi jantung paru merupakan serangkaian tindakan untuk meningkatkan daya tahan hidup setelah terjadinya henti jantung. Meskipun pencapaian optimal dari resusitasi jantung paru ini dapat bervariasi, tergantung kepada kemampuan penolong, kondisi korban, dan sumber daya yang tersedia, tantangan mendasar tetap pada bagaimana melakukan resusitasi jantung paru sedini mungkin dan efektif.
Bantuan hidup dasar menekankan pada pentingnya mempertahankan sirkulasi dengan segera melakukan kompresi sebelum membuka jalan napas dan memberikan napas bantuan. Perubahan pada siklus bantuan hidup dasar menjadi C-A-B (compression — airway — breathing) ini dengan pertimbangan segera mengembalikan sirkulasi jantung sehingga perfusi jaringan dapat terjaga.
Rantai pertama pada rantai kelangsungan hidup (the chain of survival) adalah mendeteksi segera kondisi korban dan meminta pertolongan (early access), rantai kedua adalah resusitasi jantung paru (RJP) segera (early cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga adalah defibrilasi segera (early defibrillation), rantai keempat adalah tindakan bantuan hidup lanjut segera (early advanced cardiovascular life support) dan rantai kelima adalah perawatan paska henti jantung (post cardiac-arrest care).
Kewajiban Rapid Response Team atau Tim Respon Tanggap Darurat Rumah Sakit adalah para petugas medis yang terlatih dalam penanganan situasi kritis yang dimaksud tersebut. Petugas Medis tersebut haruslah mempunyai sertifikasi khusus dalam upaya pertolongan pertama pada pasien serangan jantung, misalnya Petugas IGD yang bersertifikat ACLS [Advanced Cardiac Life Support], Perawat ICU dengan sertifikat CVICU [Cardiovascular Medical ICU] dan lainnya.
Penangan Code Blue memerlukan suatu rangkaian prosedur dan protokol dari tim yang mempunyai pelatihan khusus terhadap situasi tersebut, sebuah tim respon cepat dengan tanggap darurat terhadap upaya penyelamatan nyawa pasien pada tahap yang sangat kritis.
Leave a comment